Jakarta, CNN Indonesia —
Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri menyinggung soal diskriminasi gender yang pernah ia alami.
Hal itu diceritakan Mega saat menjadi keynote speaker dalam Napak Tilas Ratu Kalinyamat Pahlawan Maritim Nusantara yang digelar TNI AL di geladak KRI Dewaruci, Jakarta, Kamis (11/8).
Awalnya Mega bercerita, saat kecil dirinya bisa bermain sepak bola. Ia bahkan sering bertanding dengan kakak laki-lakinya.
“Kalau dia bisa main bola, saya mikir kenapa saya enggak boleh, kalau kakak saya bisa naik pohon, ya naik pohon,” kata Megawati.
Namun untuk naik pohon, kakak laki-lakinya tidak mengizinkan Mega memanjat pohon yang besar. Mega berkata kakaknya hanya mengizinkan dirinya naik pohon yang kecil. Mega pun mengaku merasakan diskriminasi.
“Saya pikir apa bedanya pohon. Jadi ketika kakak saya enggak ada, saya naik pohon besar, ternyata saya bisa, jadi saat disuruh naik pohon, saya ndak mau naik pohon kecil, saya mau naik pohon besar,” kata Mega.
Lebih lanjut, Mega mengaku pernah berbincang dengan Said Aqil Siradj hingga Almarhum Buya Syafii Maarif soal diskriminasi itu. Kedua tokoh agama itu, menurutnya hanya tertawa.
“Hawa didatangkan dari rusuknya (Adam), lah kok terus sampai ke dunia ini kenapa perempuan jadi dibeda-bedakan, saya enggak setuju, boleh enggak saya enggak setuju, kedua kiai besar itu ketawa,” katanya.
Mega lalu menyinggung soal UUD 1945 yang tidak membeda-bedakan laki-laki dan perempuan di mata hukum.
“Kita begitu jadi NKRI, UUD kita mengatakan setiap warga negara, tidak ada tulisan laki atau perempuan, setiap warga negara punya hak di mata hukum,” katanya.
(yog/DAL)