TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan pandemi Covid-19 yang masih ada hari ini ditambah perang antara Rusia dan Ukraina membuat inflasi di beberapa negara melonjak tinggi, khususnya di Amerika Serikat dan Eropa. Bahkan kombinasi dua peristiwa itu menyababkan inflasi melonjak luar biasa tinggi 40 tahun terakhir.
“Lonjakan yang luar biasa ini menyebabkan central bank di negara-negara tersebut dipaksa untuk melakukan perubahan kebijakan moneter, dari yang tadinya sangat stimulated menjadi very risk taker,” ujar Sri Mulyani dalam rapat kerja bersama Badan Anggaran (Banggar) DPR di Gedung Parlemen, Jakarta Pusat, Selasa, 30 Agustus 2022.
Selain itu, kata Sri Mulyani, kenaikan suku bunga yang diumumkan dan pengetatan likuiditas juga direspons oleh market dalam bentuk volatilitas. Selain itu, capital outflow juga terjadi di berbagai negara terutama di negara berkembang yang menekan dan melemahkan nilai tukar semua negara terhadap dolar AS.
Dan, Sri Mulyani menjelaskan, tentu dengan kenaikan suku bunga akan menimbulkan kenaikan atau lonjakan biaya dana atau cost of fund. Gejolak dari sisi pasar uang, kemudian ditambah dengan situasi keuangan di berbagai negara di dunia yang akibat pandemi mereka menerapkan kebijakan counter cyclical dari sisi fiskal yang menyebabkan rasio utang melonjak.
“Rata-rata sudah di atas 60 persen atau bahkan di berbagai belahan dunia sudah mendekati 100 persen,” ucap dia.
Menurut mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu, kombinasi dengan rasio utang pemerintah dan korporasi yang tinggi ditambah dengan lonjakan biaya utang akibat pengetatan likuiditas dan kenaikan suku bunga berpotensi menimbulkan krisis utang global. Revolving risk, kata Sri Mulyani, menjadi sangat nyata dan ini menyebabkan kemungkinan terjadinya default di berbagai negara.
“IMF memperkirakan lebih dari 60 negara memiliki risiko default akibat situasi ini,” tutur Sri Mulyani.
Baca: Faisal Basri Sebut Timor Leste Lebih Bijak Urus BBM Ketimbang RI, Begini Penjelasannya
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.