Jakarta, CNBC Indonesia – Pemimpin partai sayap kanan Italia, Matteo Salvini, memicu perdebatan karena mengatakan bahwa sanksi yang dijatuhkan Barat ke Rusia karena menyerang Ukraina tidak berhasil.
“Beberapa bulan sudah berlalu dan orang-orang membayar tagihan yang dua, tiga, bahkan empat kali lebih tinggi,” katanya kepada radio Rtl, dilansir dari AFP, Minggu (4/9/2022).
Lebih lanjut kata dia, setelah tujuh bulan, perang masih saja berlanjut dan pundi-pundi Federasi Rusia malah dipenuhi dengan uang.
“Apakah sanksi itu berhasil? Tidak. Hari ini, mereka yang telah dikenai sanksi adalah pemenang dan mereka yang menerapkan sanksi berlutut,” cuitnya sehari sebelumnya.
Ia menilai bahwa Eropa telah membuat perhitungan yang buruk. Oleh karena itu, menurut Salvini, pemerintah perlu memikirkan kembali strategi menyelamatkan perekonomian negaranya.
Seperti diketahui, sejumlah negara Barat menjatuhkan sanksi ke Rusia sejak Presiden Putin memerintahkan menyerang Ukraina. Sanksi yang telah dijatuhkan termasuk pemblokiran rekening bank sejumlah pejabat Rusia, penyitaan aset, hingga penyetopan impor energi.
Namun, sanksi yang dijatuhkan Barat ke Rusia bukannya membuat mereka kapok, tapi justru membuat negara-negara Eropa menderita akibat melonjaknya harga energi. Salah satu yang terparah dialami Inggris, yang sebelum perang bergantung pada Rusia untuk sebagian besar pasokan gasnya.
Negeri Ratu Elizabeth itu pada pertengahan Agustus lalu mencatatkan rekor inflasi yang tembus 10%, tertinggi dalam 40 tahun.
Artikel Selanjutnya
Lebih dari 5 Juta Warga Ukraina Mengungsi, ke Mana Saja?
(hsy/hsy)