Wed. Sep 18th, 2024

TEMPO.CO, Indramayu – Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) menaikkan harga bahan baku pembuatan kerupuk. Dody Setiawan, pelaku UMKM kerupuk di Desa Kenanga, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu menjelaskan kenaikan harga BBM menaikkan harga bahan baku.

“Kenaikan harga BBM secara otomatis menambah ongkos pengangkutan bahan baku ikan,” tuturnya, Senin, 5 September 2022.

Bahan baku utama pembuatan kerupuk yaitu tepung tapioka dan ikan. Untuk ikan, sebanyak 60 persen diperoleh dari sentra nelayan Desa Karangsong, Kecamatan/Kabupaten Indramayu. Sedangkan sisanya diperoleh dari luar Kabupaten Indramayu. Kondisi ini otomatis menambah ongkos pengangkutan bahan baku ikan terutama yang berasal dari luar Indramayu.

“Penambahan transportasi juga terjadi saat pengangkutan produk kerupuk ke pasaran,” tuturnya. Produk kerupuk Padi Kapas, yang dibuatnya, dipasarkan ke berbagai daerah di Indonesia.

Hingga kini, Dody belum bisa menentukan besaran kenaikan harga jual kerupuk seiring dengan naiknya harga BBM. “Untuk menentukan, kami biasanya menggunakan hitungan per tribulan atau per semester,” tuturnya. Selain itu, pengusaha kerupuk juga biasanya masih memiliki stok bahan baku.

Pertimbangan lainnya yaitu memperhatikan upah karyawan. “Kalau karyawan teriak-teriak sembakonya kurang bisa terbeli, otomatis kami menaikkan upah karyawan sedikit demi sedikit,” tuturnya. Kenaikan harga BBM menurut Dody juga berdampak pada kelangkaan barang. Banyak spekulan yang terkadang menahan barang karena mereka juga harus menghitung biaya operasional terlebih dahulu.

“Dampaknya terjadi pengurangan produksi,” tutur Dody. Dalam kondisi normal, produksi kerupuk di tempat usahanya rata-rata mencapai satu ton per hari. Namun jika terjadi pengurangan bahan baku, maka produksi juga akan mengalami pengurangan.

Seperti diketahui, blok Dukuh Kerupuk, Desa Kenanga selama ini menjadi sentra industri kerupuk khas Indramayu. Bermacam kerupuk diproduksi di kampung tersebut. Mulai dari kerupuk udang, kerupuk bawang, kerupuk kulit ikan, kerupuk jengkol dan lainnya

Usaha kerupuk sudah dijalankan sejak sekitar 1980. Banyaknya pekerja di masing-masing pengusaha kerupuk juga beragam. Ada yang hanya melibatkan anggota keluarga tapi ada pula yang jumlah pekerjanya sudah lebih dari 100 orang.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *