Jakarta, CNBC Indonesia – Inggris terancam resesi. Ini akibat lonjakan harga yang berimbas pada pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
Diketahui kenaikan tajam dalam tarif energi merugikan permintaan listrik dan lompatan biaya bahan memukul sektor konstruksi. Data resmi pada Senin (12/9/2022) menunjukkan dengan inflasi berada pada level tertinggi 40 tahun, lebih 10%, produk domestik bruto (PDB) meningkat 0,2% dari Juni.
Dalam tiga bulan hingga Juli, PDB Inggris datar dibandingkan dengan periode tiga bulan sebelumnya. Beberapa ekonom mengatakan data hari ini menunjukkan ekonomi mungkin berada di jalur untuk menyusut pada periode Juli-September setelah mengalami kontraksi sebesar 0,1% pada kuartal April-Juni.
“Ini berarti Inggris memasuki resesi teknis untuk pertama kalinya sejak pembatasan penguncian berakhir,” kata seorang ekonom di PwC, Jake Finney, melansir Reuters.
Hal sama juga dikatakan Paul Dales dari Capital Economics. Ia mengatakan rebound kecil dalam PDB riil pada Juli menunjukkan bahwa ekonomi Inggris memiliki sedikit momentum dan mungkin sudah dalam resesi.
Pada Agustus, Bank of England (BoE) memperkirakan resesi untuk ekonomi terbesar kelima di dunia yang berlangsung dari akhir 2022 hingga awal 2024. Ini sebagian besar karena pukulan terhadap standar hidup dari harga energi yang didorong oleh perang di Ukraina.
Sementara itu, akhir pekan lalu, Perdana Menteri (PM) baru Inggris Liz Truss berencana menggelontorkan subsidi energi 50 miliar pound (sekitar Rp2.571 triliun). Ini untuk melindungi rumah tangga dan bisnis dari melonjaknya tagihan energi.
Pemerintah mengaku sedang menyusun rencana untuk membekukan rata-rata tagihan energi tahunan rumah tangga sebesar 2.500 pound untuk dua tahun ke depan. Itu berarti tagihan naik 27% dari level saat ini.
Meski begitu warga diyakini akan membayar di bawah 3.549 pound. Ini lebih murah dari hitung-hitungan sebelumnya karena tarif yang naik 80%.
Dikutip dari Financial Times, subsidi itu akan terdiri dari 90 miliar pound untuk mendukung rumah tangga. Ada pula 60 miliar pound untuk bisnis.
Artikel Selanjutnya
Setelah AS, Kini Giliran Inggris Yang Terancam Resesi
(tfa/sef)