Sun. Jan 19th, 2025

TEMPO.CO, Jakarta –  Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr Cipto Mangunkusumo atau RSCM tengah meneliti sampel obat sirup yang diduga sebagai penyebab penyakit gagal ginjal akut progresif atipikal lewat laboratorium.

“Di awal (kemunculan kasus) kami tidak memikirkan ke arah obat (penyebab). Jadi yang kami baru teliti tentang obat ini baru di 11 pasien terakhir yang sekarang ada (dirawat), mungkin lebih. Maksudnya yang diperiksa untuk toksikologinya,” kata Direktur Utama RSCM Lies Dina Liastuti saat konferensi pers di Jakarta, Kamis, 20 Oktober 2022.

Dia mencatat sebanyak total 49 anak yang menderita gagal ginjal akut progresif atipikal yang dirawat di RSCM, terhitung dari Januari 2022.

Dari seluruh pasien tersebut, Lies mengatakan belum semua sampel obat berhasil dikumpulkan terutama dari pasien lama atau pasien yang telah meninggal.

Baca juga: 3 Saran BPOM Agar Masyarakat Terhindar Kasus Gagal Ginjal Akut

“Semua kasus itu, yang kami coba cari apa nama obat yang dipakai sebelumnya itu sudah kami dapatkan data, tapi belum semua. Karena kalau yang sudah meninggal, kami agak susah apalagi yang kasus lama,” ujarnya.

Lies mengatakan sampel obat yang pernah dikonsumsi pasien diteliti di laboratorium yang telah bekerja sama dengan RSCM. Menurut dia, hingga saat ini belum semua hasil pemeriksaan keluar.

“Kami lagi menunggu karena hasil yang ke kami itu baru enam (sampel obat dari enam pasien), baru keluar hasilnya dari yang semua kami kirim. Semua sampel sudah kami kirim, tinggal hasilnya. Tapi dari hasil enam itu, ada yang sudah kelihatan bahwa kita membutuhkan antidot-nya,” katanya.

Lies menegaskan, pihaknya masih belum mengetahui penyebab pasti gagal ginjal akut progresif atipikal. Akan tetapi, imbuhnya, terdapat kemungkinan intoksikasi zat berbahaya seperti ethylene glycol (EG) yang masuk melalui mulut.

“Minimal dari sisi obat kami coba untuk menyingkirkan dulu, dicari dulu (penyebabnya). Mudah-mudahan tidak. Tapi kalau misalnya sekarang sudah ada dalam darah seorang anak ada ethylene glycol-nya, kami cari antidot-nya dulu,” katanya.

Lies menegaskan upaya penyelidikan penyebab penyakit merupakan upaya kolaborasi berbagai pihak termasuk bersama Kementerian Kesehatan atau Kemenkes, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), hingga industri farmasi.

“Jadi kami jalan bareng semuanya. Bukan cuma rumah sakit yang berupaya, tapi Kemenkes, BPOM, industri farmasi, semua sedang bergerak untuk menemukan sesuatu yang solutif ke depan,” kata Lies.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan pelarangan sementara obat sirup pada anak adalah langkah konservatif untuk mencegah meluasnya penyakit gagal ginjal akut. Langkah ini dilakukan sambil menunggu BPOM memfinalisasi temuan mereka soal tiga zat kimia berbahaya pada obat sirup.

“Kemenkes mengambil posisi konservatif dengan sementara melarang penggunaan obat-obatan sirup. Mengingat balita yang teridentifikasi gangguan ginjal akut sudah mencapai 70-an per bulan,” kata Budi melalui pesan singkatnya, Kamis, 20 Oktober 2022.

Baca juga: Menkes Budi Gunadi Bilang Tingkat Kematian Gagal Ginjal Akut Anak Hampir 50 Persen

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *