Jakarta, CNBC Indonesia – Jusuf Kalla, Mantan Wakil Presiden RI, mengungkapkan kegalauannya soal banyaknya narasi resesi 2023 yang kerap diusung dalam paparan banyak pejabat negara, salah satunya Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Gerah dengan hal ini, Jusuf Kalla yang akrab dipanggil JK pun memberikan teguran kepada Sri Mulyani.
“Saya bilang pada Sri Mulyani jangan takut-takut orang tahun depan akan kiamat (krisis ekonomi). Saya telepon jangan begitu, jangan kasih takut semua orang,” tegasnya dalam peringatan HUT Ke-70 Kalla Group beberapa waktu lalu.
Alih-alih menakut-nakuti, JK meminta pemerintah lebih optimistis. Dia juga yakin Indonesia tidak akan terjerumus ke jurang krisis energi dan pangan karena Indonesia masih menghasilkan dua komoditas itu.
“Beda kita dengan negara lain yang enggak punya energi. Jadi kita harus optimis,” ujar pengusaha senior tersebut.
Namun, patut dicatat, tidak hanya menteri keuangan yang menjabat saat ini yang membagikan cerita soal resesi dan kegelapan dunia. Dua menteri keuangan sebelum Sri Mulyani ternyata sudah berbagi pandangan, bahkan ramalan soal resesi 2023.
Bambang Brodjonegoro yang menjabat sebagai menteri keuangan tahun 2014-2016 meyakini bahwa Indonesia tidak akan masuk ke jurang resesi. Dia melihat Indonesia hanya akan terkena dampak resesi global.
“Tetapi mudah-mudahan dampaknya seperti tahun 2008. Ketika dunia tumbuh di bawah nol persen, Indonesia masih tumbuh tetapi di bawah kebiasaan, yaitu sekitar 4%,” ujarnya kepada CNBC Indonesia TV, dikutip Selasa (1/11/2022).
Menurut Bambang ada dua hal mendasar yang dapat membuat Indonesia terbebas dari resesi. Pertama, dia melihat langkah yang harus dilakukan pemerintah dan bank sentral adalah menjaga inflasi.
“Kenapa karena sumber pertumbuhan kita adalah konsumsi,” ujarnya. Dengan demikian, prioritas pemerintah dan bank sentral saat ini adalah bagaimana caranya menekan laju inflasi yang dapat mengerus daya beli.
Kedua, Bambang melihat pemerintah harus berhemat di tengah ancaman krisis utang global yang membayangi emerging market.
Kuncinya adalah menekan utang luar negeri. Menurutnya, belanja Kementerian dan Lembaga (K/L) sebesar Rp 1.200 triliun yang harus diserap dalam 2 bulan terakhir pada tahun ini, sebisa mungkin disisakan.
“Selain pembayaran rutin, gaji dan pembayaran proyek, Rp 1.200 ada yang bisa disimpan di dalam SAL, sehingga kalau ada SAL yang lumayan tahun ini bisa disimpan,” kata Bambang.
Dengan demikian, SAL ini akan mengurangi penerbitan utang tahun depan. Bambang pun memperkirakan ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 5% tahun depan, selama dua hal ini dilakukan dengan baik.
Sebelumnya, Mantan menteri keuangan era Presiden SBY, M. Chatib Basri pun sempat membagikan ramalan soal resesi 2023.
Senada dengan Bambang, Chatib memperkirakan resesi tidak akan singgah ke Indonesia. Chatib mengungkapkan dirinya tidak melihat risiko resesi bagi Indonesia tahun depan.
“Tidak sampai resesi lah,” tegas Chatib. Meskipun, ekonomi Indonesia akan terdampak dari sisi ekspor. Khususnya ketika harga komoditas mengalami penurunan harga dan permintaan.
Indikasinya sudah terlihat, harga minyak dunia, minyak kelapa sawit, nikel dan lainnya sudah turun. Sementara itu, batu bara masih stabil karena permintaan Eropa naik drastis.
Dengan demikian, Chatib meyakini ekonomi Indonesia masih dapat tumbuh sedikit di bawah 5%. “Tahun ini kita bisa tumbuh di 5,2%, tahun depan mungkin sekitar 4%,” ujarnya.
Adapun, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 5% pada tahun 2023. Angka ini turun dibandingkan proyeksi awal IMF dalam World Economic Outlook April 2022 yang mematok estimasi 5,3%.
Tahun ini, IMF pun melihat Indonesia masih berkesempatan untuk tumbuh tinggi sebesar 5,2%. Kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani, Managing Director IMF Kristalina Georgieva mengungkapkan pandangannya soal ekonomi Indonesia.
“Indonesia remains a bright spot in a worsening global economy!,” katanya dalam akun resmi Instagram @kristalina.georgieva. Arti dari kalimat Georgieva tersebut adalah “Indonesia tetap menjadi titik terang dalam ekonomi global yang tengah memburuk”.
Artikel Selanjutnya
Ini Harapan Satu-satunya RI Jika (Amit-amit) Resesi Datang
(haa/haa)