TEMPO.CO, Jakarta – Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia atau LPEM FEB UI mengungkap perekonomian Indonesia terus tumbuh melampaui ekspektasi sepanjang tahun 2022. Pada kuartal kedua, pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5,44 persen year on year (YoY), tertinggi kedua sejak 2013.
“Beberapa faktor ikut berperan dalam mendorong tingginya pertumbuhan pada triwulan II 2022 ini,” tertulis dalam Macroeconomics Analysis Series Indonesia Economic Outlook 2023 yang dikutip pada Senin, 7 November 2022.
Pertama, momentum pemulihan permintaan domestik masih berkepanjangan karena pemulihan kesehatan yang masih tertinggal dibandingkan negara lain. Sehingga the low-base effect rendah masih berlaku.
Baca: Cegah PHK, Pengusaha Minta Importir Tekstil Ilegal Ditindak dan Pasar Ekspor Baru Digenjot
Kedua, peristiwa Ramadhan dan Idul Fitri mendorong aktivitas konsumsi selama kuartal kedua 2022. Berkontribusi 53 persen terhadap PDB, konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,51 persen (YoY), melonjak dari 4,34 persen (YoY) dari kuartal sebelumnya.
Ketiga, lonjakan harga komoditas akibat meningkatnya ketegangan geopolitik dan pemulihan ekonomi global telah menguntungkan Indonesia sebagai eksportir bersih komoditas energi primer. Seperti batu bara dan CPO, dalam bentuk kinerja ekspor dan penerimaan pajak.
“Ekspor tumbuh sebesar 19,74 persen (YoY) dan pajak dikurangi subsidi meningkat sebesar 39,42 persen (YoY), tingkat pertumbuhan penerimaan pajak bersih tertinggi sejak 2015,” tulis LPEM UI.
Terakhir, keputusan pemerintah untuk meningkatkan subsidi bahan bakar dan menunda kenaikan harga BBM di kuartal kedua 2022 di tengah meroketnya harga minyak. Langkah itu membantu mempertahankan tingkat inflasi dan daya beli yang relatif rendah.