Sat. Sep 14th, 2024

TEMPO.CO, Jakarta – CFO & Co-founder PT Global Digital Niaga Tbk atau Blibli Hendry mengungkapkan alasan perusahaan menggunakan sebagian dana IPO untuk membayar utang.  Menurut Hendry, rencana tersebut telah termaktub dalam prospektus perusahaan.

Perusahaan berencana memanfaatkan dana yang terkumpul dari aksi korporasi untuk menutup tanggungan.

“Utang ini sebenarnya fasilitas pendanaan pembiayaan yang sudah ada sebelumnya dan saat kami melakukan perjanjian kredit memang ditulis bahwa pembiayaan dari bank harus dibayar pada saat kita melakukan corporate action,” ujar dia dalam konferensi pers virtual pada Selasa, 8 Oktober 2022. 

Emiten berkode saham BELI tersebut sebelumnya resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa, 8 November 2022. Hendry menuturkan sebelum mencatatkan saham perdananya, Blibli mendapat pendanaan dari dua bank, yakni BCA dan BTPN.

Baca juga: Blibli IPO Hari Ini, Simak Harga Penawaran hingga Prospeknya

Masing-masing pendanaan senilai Rp 2,75 triliun. Dia melihat dengan memperoleh pendanan itu, Blibli mendapatkan kepercayaan dari pihak bank dengan bisnis model yang ditawarkan. 

“Jadi sebenarnya ini juga sebuah signal menurut kami bahwa ada kepercayaan dari pihak lain dengan bisnis model yang kami lakukan,” ucap Hendry.

CEO & Co-founder PT Global Digital Niaga Tbk Kusumo Martanto menjelaskan saham perusahaannya diperdagangkan dengan kode saham BELI dan harga perdana Rp 450 per saham. “Blibli mendapatkan respons sangat-sangat positif dari investor baik institusi maupun ritel atau individu,” ujar dia dalam konferensi pers virtual pada Selasa, 8 November 2022.

Kusumo menjelaskan emiten tersebut menargetkan penggalangan dana Rp 8 triliun dengan kapitalisasi pasar setara dengan Rp 53 triliun. Jumlah saham yang ditawarkan dalam IPO Blibli berhasil dimaksimalkan sepenuhnya hingga mencapai batas atas sebanyak 15 persen dari modal ditempatkan dan disetor setelah penawaran umum saham perdana.

Menurut dia, penawaran umum saham perdana ini mendapat dukungan dan minat yang kuat dari berbagai investor domestik dan internasional. Dia menilai, antusiasme investor berhasil mencatatkan tingkat kelebihan permintaan (oversubscription) yang mencapai 4,4 kali lipat pada penjatahan terpusat.

“Sehingga menyebabkan peningkatan jumlah alokasi penjatahan terpusat dari 2,5 persen menjadi 5 persen dari keseluruhan jumlah penawaran,” kata Kusumo.

Baca juga: Blibli Klaim Jadi Unicorn Terbesar Kedua yang IPO Sepanjang 2022 di Asia Pasifik

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *