Jakarta, CNN Indonesia —
Empat mayat yang merupakan satu keluarga ditemukan tewas di dalam rumah mereka di Perumahan Citra Garden 1 Extension, Kalideres, Jakarta Barat, pada Kamis (10/11).
Keempat orang tersebut, yaitu bapak berinisial RG (71), anak berinisial DF (42), ibu berinisial RM (66), dan paman berinisial BG (68).
Kepolisian maupun saksi mata juga sudah bicara sejumlah fakta dalam kasus ini. Terbaru, pihak keluarga juga telah memberikan kesaksian dan keterangan kepada publik, sejumlah pihak juga meminta dugaan penyebab kematian empat orang itu tidak hanya terjebak dalam kelaparan.
CNNIndonesia.com telah merangkum sejumlah fakta-fakta dalam penemuan satu keluarga di Kalideres, sebagaimana berikut:
Empat Jenazah Korban Akan Dikremasi
Kerabat korban yang tewas di Kalideres, Jakarta Barat akan menyambangi Polsek Kalideres untuk mengurus proses kremasi pada Sabtu (12/11) kemarin.
“Ke Polsek Kalideres, nanti karena rencana jenazah keluarga mau diambil pihak keluarga,” ungkap Ketua RT 015/ RW 7 Kalideres, Asiung, kemarin. Ia mengatakan keluarga korban memerlukan surat izin mengambil jenazah di RS Polri, Kramat Jati.
Nantinya, menurut Asiung, keluarga akan mengkremasi keempat korban tewas pada Minggu (13/11). Ia juga mengatakan bahwa keluarga korban juga akan datang ke lokasi kejadian.
Kecil Kemungkinan Korban Tewas Kelaparan
Keluarga korban tewas di Kalideres, Jakarta Barat, Ris Astuti (64) meragukan dugaan yang menyebut, sanak saudaranya itu meninggal dunia lantaran kelaparan. Ia juga menyampaikan bahwa kondisi ekonomi korban dalam kondisi yang cukup.
“Kecil sih kalau menurut saya ya…Ini rada aneh juga sih saya juga bingung, misalnya kalau dia lapar, enggak ada makanan atau kurang buat makan, kan dia bisa menghubungi kita,” kata Ris Astuti kepada wartawan, Sabtu (12/11).
Hal senada juga disampaikan oleh adik ipar mendiang RM, Handoyo (64) yang heran, jika korban tewas kelaparan, karena korban dapat menghubungi sanak saudaranya. Ia mengaku kaget mendengar kabar kematian dari adik iparnya itu.
Jangan Terjebak Diksi Kelaparan
Wali Kota Jakarta Barat Yani Wahyu Purwoko meminta publik tidak terjebak pada isu kelaparan terkait kasus satu keluarga tewas dalam satu rumah di Kalideres.
Setelah meninjau kondisi rumah korban tersebut, menurut Yani, rumah itu jauh dari kata kurang mampu. Sehingga, tidak bisa disimpulkan kalau keluarga itu tidak memiliki bahan pangan.
“Terkait dengan statement (pernyataan) seperti itu tentu perlu kami luruskan ya, Kita ini jangan sampai terjebak oleh diksi tentang kelaparan ya,” ucap Yani, kepada wartawan di TKP, Jakarta, Sabtu (12/11).
Korban Tewas Pertama Kalideres Diduga Ditaburi Kapur Barus
Wali Kota Jakarta Barat Yani Wahyu Purwoko menduga salah satu anggota keluarga yang tewas di Kalideres, Jakarta Barat, ada yang mencoba menutup-nutupi kematian korban lainnya dengan menaburi kapur barus. Yani menyebutkan keempat korban tersebut tidak meninggal dunia pada saat yang bersamaan.
“Bapaknya meninggal disikapi dengan hanya ditaburi kapur barus. Kemudian, berikutnya yang meninggal adalah ibunya, itu juga disikapi seperti itu,” kata Yani saat ditemui di tempat kejadian perkara (TKP), Sabtu (12/11).
Dalam kesempatan yang sama, Kapolsek Kalideres AKP Syafri Wasdar mengatakan kapur barus berfungsi untuk menyerap bau.
“Kapur barus kan ada ditemukan di TKP, dokter forensik mengatakan bahwa kapur barus bisa menyerap bau,” kata Syafri.
Tetangga Cium Bau Sejak Maret
Tetangga sebelah rumah keluarga tewas di Kalideres, Jakarta Barat, Tio (58), mengaku sempat melihat kaki salah satu korban, RG (71) terikat dengan plastik hitam sekitar 3 bulan lalu.
Tio mengatakan kala itu dia sempat menanyakan hal tersebut kepada mendiang, tapi korban tidak merespons dan langsung masuk ke dalam rumah.
“Kurang lebih, saya tanya, ‘kenapa tuh kakinya diikat plastik item?’, diem aja masuk dari sana, masuk ke rumah,” kata Tio kepada wartawan, Sabtu (12/11).
Selain itu, bau busuk belakangan ini yang menyengat hingga temuan mayat satu keluarga di dalam rumah itu bukanlah kali pertama Tio mencium bau serupa di sekitaran tempat tinggal itu.
Sebelumnya, Tio mengaku, juga pernah mencium bau anyir pada Februari hingga Maret lalu. Meskipun, tidak se-menyengat saat ini.
Petugas Jumantik Dilarang Masuk Rumah Pada September
Kapolsek Kalideres AKP Syafri Wasdar menyebut korban tewas di rumah Kalideres sempat melarang Juru Pemantau Jentik (Jumantik) masuk ke dalam rumah pada September lalu.
“Terakhir bulan September petugas Jumantik ingin cek keadaan rumah, petugas Jumantik tidak boleh masuk,” kata Syafri di Polsek Kalideres, Jakarta, Sabtu (12/11).
Senada, Ketua RT 015/RW 7 Kalideres Asiung juga sempat mengungkapkan pada September lalu, keluarga korban melarang petugas Jumantik masuk ke dalam rumahnya. Keluarga hanya memberikan laporan kepada petugas Jumantik hanya melalui foto.
Polda Metro Jaya Ikut Selidiki
Polda Metro Jaya ikut terlibat penyelidikan satu keluarga tewas di rumah Kalideres, Jakarta Barat.
Secara induktif, Polda Metro menyebut saat ini olah TKP sudah dilaksanakan, sembari pihaknya menunggu hasil dari kedokteran forensik maupun laboratorium forensik, yakni toksikologi dan histopatologi ihwal kematian korban secara akurat.
“Saat ini, ditreskrimum PMJ backup Polres Jakarta Barat dalam penyelidikan kasus ini,” tutur Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Hengki Haryadi dalam keterangan tertulis, Sabtu (12/11).
Tak Ada Tanda Kekerasan
Usai penemuan, keempat jasad itu langsung dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati untuk diautopsi. Setelah diperiksa, tim dokter forensik tidak menemukan bekas luka penganiayaan pada empat jasad tersebut.
Kapolsek Kalideres AKP Syafri Wasdar mengatakan keempat jasad itu juga sudah membusuk dan diduga telah tewas lebih dari satu pekan.
“Tidak ditemukan tanda kekerasan. Untuk jenazah membusuk ini karena sudah lebih dari satu minggu,” kata Syafri.
Lama Tak Mendapat Asupan Makanan
Fakta lainnya dalam kasus ini, keempat jasad yang ditemukan sudah tak lama mendapat asupan makanan dan minuman. Hal ini juga diketahui berdasarkan pemeriksaan oleh dokter forensik RS Polri Kramat Jati.
“Berdasarkan pemeriksaan bahwa dari lambung para mayat ini tidak ada makanan, jadi bisa diduga berdasarkan pemeriksaan dari dokter bahwa mayat ini tidak ada makan dan minum cukup lama, karena dari otot-ototnya sudah mengecil,” kata Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Pasma Royce.
Meninggal Dalam Waktu Berbeda
Kepolisian juga mengatakan bahwa empat orang ini tewas dalam waktu yang tidak bersamaan. Menurut Pasma, hal itu diketahui dari perbedaan waktu pembusukan empat jasad.
“Jadi, itu dari bapaknya, ibunya, iparnya, semuanya di waktu berbeda meninggalnya, sehingga pembusukannya masing-masing berbeda,” jelasnya.
Selain itu, keempatnya tergeletak pada posisi yang berbeda-beda. Bapak ditemukan di ruang kamar bagian belakang, sang paman ditemukan di ruang tamu dalam posisi bersandar di sofa.
Sedangkan, posisi jenazah sang ibu dan anaknya, yakni RM dan DF, ditemukan berada di ruang kamar depan.
Rumah Terkunci dari Dalam
Fakta lainnya dalam kasus ini, polisi mengatakan bahwa rumah yang menjadi lokasi penemuan empat korban itu terkunci dari dalam. Penemuan empat jasad yang masih satu keluarga tersebut bermula dari kecurigaan warga yang mencium bau busuk dari dalam rumah tersebut.
“Pihak kepolisian dan secara bersama-sama membuka rumah tersebut yang mana kondisi pagar dan pintu terkunci di dalam,” terang Pasma.