Jakarta, CNBC Indonesia – Rusia menuduh Ukraina telah menarik pihak aliansi militer NATO untuk langsung berperang dengannya. Hal ini sebagai respons atas rudal ‘nyasar’ yang meluncur ke wilayah negara NATO yang juga tetangga Ukraina, Polandia.
Duta Besar (Dubes) Rusia untuk Amerika Serikat (AS) Anatoly Antonov mengatakan bahwa rudal itu merupakan rudal yang diluncurkan Ukraina. Ini sama persis seperti apa yang sempat disampaikan oleh pejabat AS pekan lalu.
“Pejabat AS, media, dan organisasi nonpemerintah terus menyuarakan mantra ‘Rusia yang harus disalahkan atas segalanya,'” kata Antonov kepada Newsweek, dikutip Senin (21/11/2022).
“Pihak Amerika menggunakan metode seperti itu dalam situasi sulit apa pun. Bahkan ketika AS secara terbuka mengakui fakta bahwa Kyiv bertanggung jawab atas kematian warga sipil Polandia.”
Diplomat Rusia mencemooh apa yang disebutnya sebagai upaya konyol untuk mengalihkan tanggung jawab ke negaranya. Ia juga memperingatkan bahwa Kyiv sudah mulai menarik pihaknya dan NATO untuk berperang langsung.
“Otoritas Ukraina tidak hanya memohon Washington untuk memberikan lebih banyak bantuan militer, tetapi juga mencoba memprovokasi bentrokan militer langsung antara Federasi Rusia dan NATO,” paparnya.
Sebelumnya, insiden yang terjadi pekan lalu itu menewaskan dua warga sipil yang tinggal 6 km dari perbatasan Polandia-Ukraina. Presiden AS Joe Biden dan Presiden Polandia Andrzej Duda sejak itu mengakui bahwa itu kemungkinan rudal Ukraina yang nyasar saat menghalau serangan Rusia.
Meski begitu, pejabat sekutu termasuk Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyalahkan tindakan Moskow atas insiden yang terjadi itu karena serangan Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina.
Di Ukraina, Presiden Volodymyr Zelensky terus menyangkal bahwa proyektil pasukannya telah menghantam negara tetangga NATO itu.
Adapun, sudah memasuki tanda sembilan bulan, belum ada pihak yang menunjukkan tanda-tanda mengalah. Fase saat ini menunjukan upaya Moskow dalam mempertahankan empat wilayah Ukraina yang dianeksasi oleh dalam referendum September lalu yang tidak diakui secara internasional.
Pasukan Ukraina sendiri telah maju dalam serangan balasan mereka. Kyiv telah merebut kembali ibu kota provinsi Kherson pekan lalu. Namun rudal dan pesawat tak berawak Rusia terus menghujani seluruh negeri, meninggalkan jaringan listrik rusak parah dan jutaan orang tanpa listrik saat musim dingin mendekat.
NATO sendiri terus mendukung Ukraina sepanjang konflik. Anggota aliansi itu terus mengirimkan bantuan ekonomi dan militer Kyiv.
AS, pada bagiannya, telah memberikan sekitar US$ 54 miliar (Rp 844 triliun) bantuan sejak perang dimulai pada bulan Februari dan Gedung Putih telah meminta Kongres untuk memberi lampu hijau sekitar US$ 38 miliar (Rp 594 triliun) lagi setelah insiden di perbatasan Polandia.
Sementara itu, eskalasi antara NATO dan Rusia terkait Ukraina dikhawatirkan akan mampu menjadi insiden yang membentuk Perang Dunia III (PD 3). Mantan Presiden yang saat ini menjabat sebagai wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, bahkan sempat memberikan peringatan perang nuklir kepada negara-negara Barat.
Hal ini sebagai tanggapan atas Perjanjian Keamanan Kyiv dimana Barat dapat memberikan jaminan keamanan untuk Ukraina. Medvedev bahkan menyatakan langkah itu akan menyulut PD 3.
Artikel Selanjutnya
Diam-diam Ukraina Racik Strategi Gempur Pasukan Rusia
(luc/luc)