REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Penambahan kasus HIV-AIDS di DIY cukup tinggi per tahunnya. Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) DIY menyebut, penambahan kasus baru HIV-AIDS di DIY mencapai rata-rata 500 kasus per tahun.
“Per tahun rata-rata 500 (kasus baru yang ditemukan), bahkan (ada yang pernah) sampai seribu kasus baru di DIY,” kata Sekretaris KPA DIY, Riswanto kepada Republika, Rabu (25/1/2023).
Riswanto mengatakan, kasus HIV/AIDS secara kumulatif hingga 2022 di DIY mencapai 6.377 kasus. Ia menyebut, kasus HIV-AIDS di DIY masih terkonsentrasi pada populasi kunci yang melakukan perilaku berisiko.
Seperti berganti pasangan dan bertukar jarum suntik. Kelompok populasi kunci terdiri dari waria, lelaki seks dengan lelaki (LSL), wanita pekerja seks (WPS), dan pengguna napza suntik (penasun). “Populasi kunci yang rawan menularkan HIV-AIDS,” tambahnya.
fnMw8rlitF0
Ia menyebut, sebagian besar penderita HIV-AIDS ini berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan, berdasarkan kelompok umur, kasus HIV terbanyak di umur 20-29 tahun dan disusul umur 30-39 tahun.
“Setelah itu umur 40-49 tahun, disusul 50-59 tahun, dan ada juga penularannya ke anak muda usia 19 tahun ke bawah. Untuk pelajar dan mahasiswa, ditemukan hampir 500 kasus HIVAIDS di DIY,” ujar Riswanto.
Sementara itu, berdasarkan faktor risiko, heteroseksual justru paling banyak menjadi penyebab kasus HIV-AIDS di DIY berdasarkan data KPA DIY. Setidaknya, kata Riswanto, 53 persen dari kasus yang tercatat penyebabnya dari heteroseksual.
“Kasus HIV-AIDS ini lebih banyaknya karena free sex,” jelasnya.
Penyebab kasus HIV-AIDS selanjutnya di DIY juga dari homoseksual yang mencapai 19 persen. Selain itu, suntikan narkotika juga menyumbang kasus HIV-AIDS di DIY cukup tinggi yakni lima persen.
“Tidak diketahui penyebabnya ada 19 persen, biseksual dua persen, perinatal dua persen, transfusi darah 0,49 persen, neonatal 0,1 persen, dan needle injury 0,19 persen,” kata Riswanto.