Jakarta, CNBC Indonesia – Ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2022 tercatat tumbuh sebesar 5,31% (year on year/yoy). Ini menjadi yang tertinggi secara tahunan sejak 2013, sekaligus yang tertinggi di era Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Kendati demikian, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menilai realisasi tersebut tidak begitu mengesankan. Pasalnya, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia itu masih kalah jauh dibandingkan dengan dua negara Asia Tenggara lainnya yang telah melaporkan tingkat pertumbuhan ekonomi mereka sepanjang tahun 2022, yakni Vietnam dan Filipina.
Vietnam mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8,02% dan Filipina mencatatkan pertumbuhan sebesar 7,60% sepanjang tahun 2022. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya berada pada level 5,31%.
“Sampai 7 Februari 2023 untuk ASEAN baru ada 3 negara yang merilis PDB 2022. Sebelumnya ada Vietnam dan Filipina yang juga sudah rilis, negara-negara lain belum sehingga belum bisa dikomparasikan,” jelas Eko dalam konferensi pers INDEF, Selasa (7/2/2023).
Padahal menurut Eko, ketiga negara ini mengalami gejolak tekanan global yang sama khususnya di masa pandemi. Di mana pada tahun 2020, ketiga negara ini sama-sama mengalami penurunan laju pertumbuhan, di mana terparah dirasakan oleh Filipina yang -9,52%, Indonesia -2,07% dan Vietnam yang saat itu masih bisa bertahan dari gejolak ancaman resesi dengan tumbuh sebesar 2,87%.
Namun pada tahun 2021, Filipina yang sebelumnya -9,52% pertumbuhan ekonominya langsung melesat jauh menjadi 5,70%. Sedangkan Indonesia pada tahun itu menutup laju pertumbuhan ekonomi di level 3,70%.
Untuk itu, Eko mengatakan jika dibandingkan dengan dua negara tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang 5,31% pada 2022 sebenarnya tidak begitu impresif, karena laju pertumbuhannya masih kalah cepat dibandingkan negara tetangga.
“Dan ternyata dari 3 negara ini dengan tekanan global yang sama, ekonomi RI itu tidak impresif banget sebetulnya, kenapa? karena negara lain mampu lebih tinggi. Vietnam mampu tumbuh 8,02%, ini adalah pertumbuhan tertinggi selama 25 tahun terakhir. Filipina juga tumbuh 7,6% di 2022.
“Artinya walau kita bisa tumbuh 5,3% tapi dibandingkan tetangga masih kalah, bahkan pencapaian tingkat kemiskinan di dua negara itu juga lebih baik,” pungkasnya.
Oleh karena itu, ia berpesan kepada pemerintah untuk memperhatikan faktor-faktor penting yang mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi. Pertama, menurutnya pemerintah perlu meredam gejolak ekonomi global dengan mendorong pertumbuhan sektor industri di atas pertumbuhan ekonomi.
Kedua, pemerintah perlu meningkatkan daya beli masyarakat dengan program-program pengentasan kemiskinan. Menurutnya, program pengentasan kemiskinan harus bergeser dari hanya sekedar memberikan bantuan sosial menjadi program yang lebih berfokus pada peningkatan produktivitas masyarakat sehingga dapat berkelanjutan.
Terakhir, ia mengingatkan agar pemerintah tidak hanya berfokus pada tingkat pertumbuhan ekonomi namun juga pada kualitas dari pertumbuhan tersebut, dimana memastikan bahwa tingkat kemiskinan dan pengangguran juga menurun seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Artikel Selanjutnya
Kabar Baik! ADB Proyeksi Ekonomi RI Bisa Tumbuh 5,4% di 2022
(mij/mij)