Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia memiliki potensi ‘harta karun’ berupa kandungan litium yang terdeteksi di Lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur. Namun, untuk memaksimalkan kandungan lithium di lokasi tersebut, setidaknya Indonesia membutuhkan waktu hingga lima tahun lamanya.
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)/ Founder National Battery Research Indonesia (NBRI), Evvy Kartini mengungkapkan, dalam menggarap potensi lithium di Lumpur Lapindo setidaknya harus melalui penelitian yang mendalam sampai dengan 5 tahun lamanya.
Dia mengatakan bahwa harus ada penelitian lebih lanjut yang memperhitungkan nilai ekonomis dari potensi lithium yang ditemukan di Lumpur Lapindo. Hal ini perlu dilakukan dalam menggaet investor yang tertarik dalam pengolahan lithium yang terkandung dalam Lumpur Lapindo.
“Jadi gini, it takes years, nggak bisa satu tahun sampai dua tahun, mungkin tiga sampai lima tahun, karena setelah kita ketahui ada potensi, yang kedua itu kita harus mengkaji secara ekonomisnya, kalo investor kan melihat visibility study-nya bagaimana,” ungkap Evvy kepada CNBC Indonesia dalam Mining Zone, dikutip Rabu (22/2/2023).
Dia menilai, dalam mengolah lithium di Lumpur Lapindo membutuhkan investasi yang nilainya cukup besar. “Karena itu pasti tentu saja itu akan mempunyai investasi yang cukup besar. Tapi secara economic study misal tadi cukup besar kemungkinannya,” tambah Evvy.
Sehingga Evvy mengatakan bahwa untuk menggarap lithium di Lumpur Lapindo memang masih membutuhkan tahapan penelitian yang panjang dan waktu yang lama.
“Kita perlu waktu sampai visibilitynya oke, baru kita yakinkan bahwa it’s ready to be mined. Untuk digali. Itu adalah tahapan yang menurut saya kita harus realistis,” tandasnya.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Badan Geologi beberapa waktu lalu mengungkapkan adanya kandungan ‘harta karun super langka’ berupa mineral logam kritis di Lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur. Adapun kandungan tersebut berupa Lithium dan Stronsium.
Oleh sebab itu, dengan adanya sumber bahan baku mineral tersebut, ambisi Indonesia menjadi ‘Raja’ dalam pengembangan baterai kendaraan listrik akan semakin dekat.
Kepala Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi (PSDMBP) Badan Geologi Kementerian ESDM, Hariyanto menyebutkan, Lithium menjadi salah satu mineral langka yang berguna untuk bahan baku pembuatan baterai kendaraan listrik. Sementara Stronsium untuk bahan baku industri elektronik
Badan Geologi kata dia telah melakukan penyelidikan pendahuluan pada 2020 di daerah bagian selatan Lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur.
“Di tahun 2022 ini kita tidak lanjuti dengan melakukan penyelidikan pendahuluan di daerah sisi utara Lumpur Lapindo, Sidoarjo,” ungkap Heriyanto, kepada CNBC Indonesia dalam Closing Bell, Dikutip Senin (13/2/2023).
Saat ini, temuan Lithium dan Stronsium yang ada di Lumpur Lapindo itu sedang dilakukan pengujian ekstraksi oleh mitra di Kementerian ESDM tepatnya di balai besar pengujian mineral dan batu bara atau TEKMIRA. Tak hanya itu, ada juga kerja sama dalam hal pengujian dan eksplorasi serta ekstraksi atas Lithium dan Stronsium tersebut.
Berdasarkan catatan Badan Geologi, kandungan Lithium di Lumpur Lapindo, Sidoarjo itu kadarnya mencapai 99 – 280 PPM. Sementara untuk Stronsium kadarnya mencapai 255 – 650 PPM. “Nah ini terus kami update datanya karena untuk tahun 2022 masih dalam analisis di laboratorium kami,” ungkap Heriyanto.
Artikel Selanjutnya
‘Harta Karun’ Lumpur Lapindo Terbukti Ada, Ini Dia Isinya..
(pgr/pgr)