TEMPO.CO, Jakarta – Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo menanggapi pernyataan Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah yang menyebut jumlah pengangguran lulusan sarjana dan diplomasi sebesar 12 persen.
Ketua Bidang Ketenagakerjaan Apindo Anton Supit mengatakan, kalau sistem vokasi dijalankan dengan benar, maka ekonomi akan lebih kuat dan pengangguran bisa diatasi.
“Sistem vokasi adalah dual system atau sistem ganda, yaitu teori dan praktek, idealnya 30 persen terori dan praktek di tempat kerja 70 persen,” kata Anton melalui keterangan tertulis pada Tempo, Jumat, 24 Februari 2023.
Keuntungan dengan praktek di tempat kerja adalah, lanjut dia, sekolah tidak perlu investasi yang besar untuk fasilitas praktek.
“(Keuntungan) kedua, mereka terbiasa dengan suasana kerja riil dan jangan lupa akhirnya mereka juga akan mencari kerja,” ujar Anton.
Ditanya perihal kesiapan industri untuk menyerap tenaga kerja lulusan vokasi tersebut, Anton mengatakan lulusan tersebut pasti dicari jika sesuai dengan kompetensi yang diharapkan atau sesuai standar industri.
“Karena itu harus sistem vokasi yang benar sehingga kualitas dijamin sama di seluruh negeri,” tuturnya.
Sebelumnya, Menaker Ida Fauziyah mengatakan sekitar 12 persen pengangguran di Indonesia didominasi lulusan sarjana dan diploma.
Menurut Ida, besarnya jumlah tersebut disebabkan tidak adanya link and match antara perguruan tinggi dengan pasar kerja.
“Kami masih punya pekerjaan rumah bahwa jumlah pengangguran lulusan sarjana dan diploma masih di angka 12 persen,” kata Ida, dilansir dari laman UGM pada Kamis, 23 Februari 2023.
Menurut Ida, saat ini jumlah kelompok pekerja saat ini didominasi dari lulusan pendidikan SMP dan Sekolah Dasar.
“Kelompok yang bekerja sebagian berpendidikan SMP ke bawah. Justru yang menganggur lulusan SMK, diploma dan sarjana,” jelasnya.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini