TEMPO.CO, Jakarta – Silicon Valley Bank andalan pinjaman startup kolaps pada Jumat,10 Maret 2023. Bank pemberi modal startup itu kolaps setelah krisis modal selama 48 jam. Pada 8 Maret, Silicon Valley Bank mengumumkan telah menjual banyak sekuritas yang merugi. Sedikitnya 2,5 miliar dolar Amerika Serikat atau Rp 38 triliun saham baru untuk menopang neraca keuangan.
Silicon Valley Bank ditempatkan di bawah kendali Federal Deposit Insurance Corporation atau FDIC sebagai pihak yang melikuidasi aset-aset bank untuk membayar dana nasabah. Mengutip situs web Silicon Valley Bank, untuk melindungi deposan, FDIC membuat Deposit Insurance National Bank of Santa Clara (DINB). Itu untuk memungkinkan deposan mengakses simpanan yang diasuransikan dan waktu membuka rekening di lembaga yang diasuransikan lainnya.
Profil Silicon Valley Bank
Mengutip Zippia, sebagai anak perusahaan Silicon Valley Bancshares, kini SVB Financial Group, pada 17 Oktober 1983. Pendirinya Bill Biggerstaff dan Robert Medearis. Pada 1983, kantor pertamanya dibuka di North First Street di San Jose. Pada 1986, Silicon Valley Bank bergabung dengan National InterCity Bancorp dan membuka kantor di Santa Clara.
Mengutip Business Standard, Silicon Valley Bank menyasar tiga segmen yakni, yaitu startup, modal ventura yang mendukung perusahaan rintisan, dan perusahaan ekuitas yang mendukung startup. Bank berfokus pemberian pinjaman untuk perusahaan teknologi. Itu menyediakan layanan untuk modal ventura, pembiayaan berbasis pendapatan, dan perusahaan ekuitas swasta yang berinvestasi dalam teknologi dan bioteknologi. Adapun layanan perbankan swasta untuk individu berpenghasilan tinggi.
Sebelum runtuh, merujuk Federal Reserve, Silicon Valley Bank termasuk terbesar urutan 16 di Amerika Serikat. Bank ini tercatat beroperasi di 29 kantor. Tak hanya di Amerika, kantor tersebar di India, Inggris, Israel, Kanada, Cina, Jerman, Hong Kong, Irlandia, Denmark, dan Swedia. Silicon Valley Bank termasuk bank AS kedua yang bangkrut setelah Washington Mutual Inc.
Bank ini menyediakan pembiayaan untuk hampir setengah dari perusahaan teknologi dan kesehatan yang didukung usaha di Amerika Serikat. Federal Deposit Insurance Corporation mencatat, total asetnya 209 miliar dolar Amerika Serikat pada akhir 2022.
Selama 35 tahun, Silicon Valley Bank telah membantu bisnis tumbuh dan berkembang di seluruh ekonomi inovasi. Tapi, Silicon Valley Bank disebut mengalami kerugian mark-to-market lebih dari 15 miliar dolar Amerika pada akhir 2022. Itu untuk sekuritas yang dimiliki hingga jatuh tempo.
Pada 8 Maret 2023, Silicon Valley Bank mengumumkan telah menjual investasinya senilai 21 miliar dolar. Bank itu juga meminjam 15 miliar dolar Amerika dan akan menjual saham untuk mengumpulkan 2,25 miliar dolar. Pada 9 Maret, pelanggan menarik 42 miliar dolar dan meninggalkan bank dengan saldo kas negatif sekitar 958 juta dolar. Akibatnya, nilai saham bank akhirnya jatuh. Pada 10 Maret, saham turun hampir 70 persen sebelum perdagangan dihentikan.
Mengutip The Edge Markerts, kebangkrutan Silicon Valley Bank dilaporkan mulai berdampak di dunia. Keruntuhan bank pemodal ini dinilai berpengaruh terhadap perusahaan startup global. Kolapsnya Silicon Valley Bank di Amerika akan berdampak di seluruh cabangnya di berbagaii negara. Di Inggris, Silicon Valley Bank disebut tak lagi beroperasi dan berhenti menerima nasabah baru.
Pilihan Editor: Lionel Messi Akan Berinvestasi di Olahraga dan Teknologi Lewat Perusahaan Barunya di Silicon Valley
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.