TEMPO.CO, Jakarta – Harga minyak dunia turun dalam perdagangan awal pekan, Senin, 8 Januari 2024. Penurunan harga terjadi karena pemotongan harga yang tajam oleh eksportir utama Arab Saudi dan kenaikan produksi OPEC. Hal tersebut mengimbangi adanya kekhawatiran akan meningkatnya ketegangan politik di Timur Tengah.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah Brent turun 9 sen atau 0,1 persen menjadi US$ 78,67 per barel. Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) anjlok 10 sen atau 0,1 persen menjadi US$ 73,71 per barel.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memang memperingatkan bahwa konflik Gaza dapat menyebar ke seluruh wilayah tanpa upaya perdamaian bersama. Namun di sisi lain, OPEC menaikkan produksinya sebesar 70 ribu barel per hari untuk mengimbangi tekanan kenaikan harga akibat kekhawatiran geopolitik tersebut. Berdasarkan surveri Reuters, produksi OPEC pun menjadi 27,88 juta barel per hari pada desember lalu.
Meningkatnya pasokan dan persaingan dengan produsen saingannya, Arab Saudi pun memotong harga jual resmi (OSP) minyak mentah Arab Light untuk pelanggan Asia pada Februari. Penurunan harga kali ini disebut mencapai level terendah dalam 27 bulan.
Sebelumnya, harga minyak mentah berjangka Brent pada Jumat, 5 Januari 2024, tercatat naik 0,57 persen menjadi US$ 78,03 per barel. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate atau WTI naik 0,79 persen. Analis PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengungkapkan penyebab gejolaknya harga minyak mentah dunia.
Ibrahim menuturkan, harga minyak mentah sempat turun signifikan menjadi US$ 71,8 per barel. “Tapi setelah itu harga minyak mentah naik di US$ 72,70 walaupun dolar Amerika Serikat itu mengalami penguatan,” ujar Ibrahim saat dihubungi Tempo pada Jumat, 5 Januari 2024.
Ibrahim menuturkan, salah satu penyebabnya adalah masalah geopolitik. “Kalau melihat dari geopolitik Timur Tengah pasca Israel membunuh salah satu pemimpin Hamas di Lebanon, ini membuat ketegangan-ketegangan baru,” katanya.
Apalagi ada pengeboman di Iran yang mengakibatkan puluhan orang meninggal ketika memperingati meninggalnya Jenderal Qassem Solemaini, salah satu jenderal di Iran yang terkemuka. Meskipun Amerika dan Israel tak mengakui pengeboman itu ulah mereka, ujar Ibrahim, kejadian tersebut membuat suasana geopolitik memanas.
RIRI RAHAYU | AMELIA RAHIMA SARI
Pilihan Editor: Lion Air Buka Rute Baru Langsung Ternate ke Surabaya, Terbang Perdana 18 Januari