Sat. Dec 7th, 2024

Hutan hujan Amazon.

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA — Berdasarkan data pemerintah Brasil, deforestasi di Amazon Brasil turun 30,6 persen selama 12 bulan dari Juli dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penggundulan hutan terkecil di hutan hujan terbesar di dunia telah terjadi secara masif dalam sembilan tahun terakhir.

Berdasarkan data badan antariksa Brasil, luas hutan yang mengalami deforestasi di Amazon sekitar 6.288 kilometer persegi. Menurut para ilmuwan, melindungi hutan Amazon merupakan langkah yang sangat penting untuk menahan perubahan iklim karena karena besarnya karbon dioksida yang dapat diserap hutan.

Presiden Luiz Inacio Lula da Silva yang dilantik dua tahun yang lalu berjanji meningkatkan penegakan hukum lingkungan untuk mengendalikan deforestasi yang meroket selama pemerintahan mantan Presiden Jair Bolsonaro. “Apa yang kami sampaikan hari ini merupakan hasil kerja kami, ini menunjukkan kmai dapat menghadapi perubahan iklim,” kata Menteri Lingkungan Brasil Marina Silva, Kamis (7/11/2024).

Data yang tidak berdasarkan perhitungan tahun kalender karena tingginya intensitas tutupan awan di musim penghujan dari bulan November sampai April merupakan data deforestasi 12 bulan penuh pertama pemerintahan Lula. Deforestasi Amazon di Brasil turun hampir setengahnya dibandingkan tahun terakhir pemerintahan Bolsonaro.

Lula berjanji mengakhiri deforestasi pada tahun 2030 dalam pertaruhannya mengembalikan kredensial Brasil untuk isu iklim. Negara itu juga akan menjadi tuan rumah Pertemuan Perubahan Iklim PBB (COP30) tahun depan.

Pemerintahan Lula berjanji untuk memperkuat penegakan hukum tahun depan dengan merekrut 800 agen pemerintah federal yang baru. Perekrutan terbesar dalam satu dekade. Data serupa menunjukkan penurunan penggundulan hutan di sabana Cerrado dekat dengan Amazon sebesar sekitar 26 persen menjadi 8.174 km persegi, terendah sejak 2020.

Delegasi-delegasi COP29 bulan ini yang digelar di Baku, Azerbaijan mencoba menyepakati berapa banyak dana yang harus diberikan setiap tahun untuk membantu negara-negara berkembang mengatasi biaya terkait iklim. Negosiasi tersebut bisa jadi akan berlangsung alot setelah terpilihnya kembali mantan Presiden AS Donald Trump yang dalam kampanyenya berjanji untuk mengeluarkan negara penghasil emisi gas rumah kaca terbesar dan produsen minyak dan gas terbesar dari Perjanjian Paris 2015 untuk untuk kedua kalinya. 

sumber : Reuters

Advertisement

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *